Sensasi Kuliner Pecak Cucut dan Sayur Asam di Warung Makan Mak Seh


BERKUNJUNG ke sebuah kota? Mari kita cicipi rahasia kuliner orang setempat, yakni tempat makan yang enak, tetapi tidak mencekik kantong. Tempat makan ini biasanya ”nyelip”, terletak di pinggiran, atau luput dari radar pantauan media massa.

Seorang juragan batik di Pekalongan, Wulan Utoyo, memperkenalkan kami pada Warung Makan Mak Seh. Terletak di Jalan Kusuma Bangsa, warung makan ini selalu ramai saat jam makan siang. Baru buka pukul 11.00, tetapi menjelang pukul 15.00 biasanya semua makanan sudah habis.


Menu yang paling khas dan dicari adalah pecak cucut dan sayur asam. Sebenarnya berbagai menu lain pun tak kalah menarik dan nikmat, seperti ikan dan ayam goreng, gorengan, serta sayur lodeh. Sambil menunggu pesanan makan diantar, jangan lupa mencicipi pisang gorengnya yang manis dan gurih.


Ikan cucut yang digunakan adalah ikan cucut asap yang memberi aroma khas ketika daging ikan kita lumat. Potongan ikan cucut asap ini kemudian digoreng dan dipenyet dengan sambal mentah.

Potongan ikan ditaruh di atas cobek besar lantas diolesi sambal di bagian atas permukaan daging. Setelah itu, ikan dan sambal di atasnya ditekan dengan ulekan hingga penyet. Sambal yang merasuk, menambah nikmat rasa ikan.


Sebenarnya, apa pun bisa dipecak sesuai permintaan. Tempe goreng atau bandeng goreng bisa dengan manis bersanding dengan olesan sambal di atasnya.

Sambal yang digunakan adalah sambal terasi mentah dengan cabai merah besar yang berwarna merah tua dan cabai rawit yang disebut rawit ”setan” karena pedasnya. Ada sedikit rasa langu yang tersisa dengan kesegaran yang dimunculkan dari kucuran air jeruk nipis ke atas ulekan sambal.

Sayur asam bikinan Mak Seh berpenampilan beda daripada biasanya. Kuahnya tampak kental seperti diberi santan. Ini karena pemakaian kemiri yang banyak.

Selain potongan labu siam, kacang tanah, kacang panjang, kubis, dan daun so muda, seperti jamaknya isi sayur asam, terselip pula satu dua potong mentimun dalam satu mangkok sayur. Rasa asamnya berasal dari asam jawa.


Selain sayur asam, juga tersedia sayur lodeh yang berisi irisan tipis labu siam dan tahu dengan kuah bersantan. Di samping ikan cucut, warung makan ini juga menyediakan berbagai ikan lain, seperti tenggiri, bandeng, udang, cumi, dorang, kakap, dan ikan yang oleh orang setempat disebut pihi dan blocok.

Variannya bergantung pada hasil tangkapan nelayan saat itu. Rata-rata ikan digoreng. Agar tidak amis, diberi jahe pada deretan bumbunya. Cumi-cumi atau sotong dimasak sekaligus dengan tintanya sehingga meninggalkan warna hitam yang memberi rasa gurih.

Warung makan ini diberi nama sesuai nama pemiliknya, Ningsih (55) yang sering dipanggil Mak Seh. Warung Makan Mak Seh buka setiap hari, kecuali Jumat kliwon.

Menurut Mak Seh, ini tidak ada maksud apa-apa, hanya untuk mempermudah waktu libur. Selain libur Lebaran, warung ini juga bisa saja tiba-tiba tutup kalau pemiliknya harus berpergian ke tempat lain.

”Sebenarnya juga tidak harus Jumat Kliwon, kadang kalau pas ada acara, ya, libur. Cuma seringnya memang Jumat Kliwon kami libur,” kata Mah Seh.

Setiap hari, Mak Seh menghabiskan 5 kilogram beras dengan pengunjung mencapai rata-rata 60 orang dalam waktu buka 3-4 jam. ”Makannya sedikit-sedikit. Jadi, 1 kilogram beras bisa untuk 12 orang,” kata Mak Seh.

Berkembang

Mak Seh semula hanya berjualan jagung bakar, kolak, dan gorengan yang hanya melayani belasan orang. Lambat laun makin banyak pembeli dan Mak Seh menambah menunya dengan menyediakan rujak buah dan soto.

Ketika jumlah pelanggan terus meningkat, ia mencoba memasak berbagai masakan yang dia kuasai resepnya, seperti sayur lodeh dan pecak cucut tadi. Itu berjalan sekitar setahun.

Ketika halaman parkir tidak mampu menampung lagi kendaraan pelanggan, Mak Seh memutuskan mencari tempat baru yang sekiranya lebih lapang. Pindahlah dia ke tepi Jalan Kusuma Bangsa yang hanya berjarak sekitar 400 meter dari tempat lama sejak enam tahun lalu.
Warung ini hanya berukuran sekitar 20 meter persegi, beratap seng, dengan pintu yang hanya dapat dilewati satu orang. Beberapa pelanggan bahkan berulang kali terantuk emperan atap lantaran terlampau rendahnya bangunan ini.


Pelanggan juga didera hawa panas pesisir Pekalongan sehingga mereka berkeringat deras. Namun, mereka tak bosan datang dan datang lagi. ”Sayurnya segar dan masakannya gurih. Pas untuk makan siang,” kata Wulan.

Mak Seh menjelaskan, warungnya itu akan digusur pemerintah lantaran ada proyek pelebaran jalan. ”Kami nanti pindah ke sini,” kata Mak Seh menunjuk bangunan permanen berpola rumah toko dengan pintu lebar. Bangunan ini berdiri berkat sensasi gurih pecak cucut.

Related

Food 977965870904911940

Đăng nhận xétDefault Comments

emo-but-icon

Hot in week

Recent

Comments

Text Widget

item
Berita terbaru